Pementasan Sendratari Pangeran Astawana Akan Ditampilkan Di Kampung Gedong

Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta Timur kembali mengadakan Pergelaran Seni dan Budaya di kawasan unggulan Jakarta Timur. Pergelaran tersebut diadakan dalam rangka Pementasan Sendratari Pangeran Astawana dan Festival Budaya Betawi di Lapangan Sepak Bola Kampung Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur pada 29-30 Juni 2019.

Pementasan Sendratari Pangeran Astawana dan Festival Budaya Betawi akan dibuka oleh Wali Kota Administrasi Jakarta Timur dan didampingi oleh jajarannya.

Adapun tujuan pergelaran tersebut adalah untuk memperkenalkan sejarah dan budaya Betawi Condet sebagai warisan sejarah Betawi. Sekaligus, memperkenalkan kawasan cagar budaya, ekowisata dan agrowisata di kawasan tersebut.

Pementasan Sendratari Pangeran Astawana akan melibatkan kurang lebih 60 orang pemain dan penari yang terdiri atas Abang dan None Jakarta Timur, serta sejumlah organisasi setempat seperti LMK (Lembaga Musyawarah Kelurahan) dan Karang Taruna. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan aneka produk usaha Pengembangan Kewirausahaan Terpadu (PKT) setempat kepada masyarakat, seperti aneka kerajinan dan makanan khas Betawi.

Dalam pementasan tersebut akan menggunakan berbagai alat musik khas Betawi. Diantaranya seperti trumpet, perkusi gambang, kromong, gendang, tehyan, krecek, trombon, saxophone, flute, biola, cello, drum, gitar, bass, keyboard, dan accordion.

Pementasan Sendratari Pangeran Astawana menampilkan kisah seorang pangeran yang berasal dari Sulawesi Selatan, tapi telah lama tinggal di Timur Condet, yang bernama Pangeran Astawana. Sosok Pangeran Astawana, dikenal sebagai pribadi yang baik, rendah hati dan memiliki kesakstian tinggi.

Pangeran Astawana diceritakan melamar Putri Maemunah, anak dari Pangeran Ceger yang menguasai wilayah Condet kala itu. Pernikahan keduanya terjadi dengan syarat dibuatkan dua rumah di tempat berbeda dalam satu malam sebagai mas kawinnya. Selanjutnya, keduanya memimpin kawasan setelah Pangeran Ceger meninggal dunia.

Namun, di masa kepemimpinan Pangeran Astanawa dan Putri Maemunah terjadi hal yang membuat masyarakat tak tenang dengan kehadiran VOC (Vereendige Oostindische Compagnie) dari Belanda. Kisah selengkapnya akan ditampilkan dalam Pementasan Sendratari Pangeran Astawana pada akhir pekan nanti.