PT Adhi Karya, sebagai kontraktor proyek pembangunan jalur layang ganda atau Light Rail Transit (LRT) mengadakan sosialisasi dan penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), di Gedung Cawang Kencana, Jl. Mayjen. Sutoyo Kav. 22, Kramatjati, Kamis (27/8). Kegiatan ini sekaligus untuk menggali masukan-masukan dari masyarakat yang terkena dampak pembangunan LRT, khususnya yang ada di wilayah Jakarta Timur.
Sosialisasi ini sendiri terkait rencana akan dimulainya proyek LRT tahap I, yaitu koridor Cibubur-Cawang-Dukuh Atas. Jalur sepanjang 24,20 km tersebut, sebagian akan melintasi wilayah Jakarta Timur, dimulai dari Kecamatan Cipayung, Ciracas, Makasar dan Kramatjati.
“Ada empat kecamatan di Jakarta Timur yang dilintasi jalur LRT, mulai dari Cibubur hingga Cawang,” kata Kepala Bagian Penataan Kota dan Lingkungan Hidup Jakarta Timur Tonny Sianipar, saat membuka sosialisasi.
Untuk lintasan koridor Cibubur-Cawang, nantinya akan dibangun lima stasiun LRT diawali dari Cibubur, Ciracas, Kampung Rambutan, Taman Mini dan Cawang. Tonny pun berharap, pihak kontraktor dalam hal ini PT Adhi Karya dapat meminimalisir dampak terhadap masyarakat yang ada di sepanjang lintasan proyek pembangunan LRT.
“Pastinya dalam pelaksanaan pembangunannya ada aturan yang harus dipenunuhi pihak pelaksana agar seminimal mungkin berdampak pada masyarakat,” kata Tonny.
Hero Birawan, dari Divisi Transportasi PT Adhi Karya mengatakan, proyek LRT diperkirakan akan berdampak besar terhadap masyarakat, khususnya yang berada disepanjang jalur yang akan dibangun. Secara umum dampak negatif yang akan muncul antara lain meningkatnya kemacetan lalu lintas dan pencemaran udara pada tahap konstruksi serta meningkatnya kebisingan pada tahap operasi.
“Untuk itu kami dari PT Adhi Karya sebagai pihak yang ditunjuk pemerintah untuk membangun infrastuktur trasportasi publik LRT mengharapkan masukan dari masyarakat pada kegiatan sosialisasi penyusunan AMDAL ini,” ujar Hero.
Sosialisasi ini menurut Hero, dalam rangka memenuhi Permen Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2012 tentang pedoman keterlibatan masyarakat dalam proses AMDAL dan izin lingkungan. Segala saran, masukan dan tanggapan masyarakat tersebut, akan dijadikan bahan kajian bagidalam penyusunan AMDAL.
“Lewat sosialisasi ini diharapkan masukan-masukan dari masyarakat yang terkena dampak proyek LRT sehingga pembangunannya nanti dapat meminimalisir resiko-resiko yang terjadi,” ujarnya.
Setelah dilakukan tanya jawab dengan perwakilan masyarakat dari empat kecamatan di Jakarta Timur, akhirnya keluar delapan butir rekomendasi sebagai masukan bagi pihak PT Adhi Karya untuk penyusunan AMDAL proyek LRT. Delapan masukan masyarakat itu yaitu, pihak pembanguan LRT harus mempersiapkan lahan parkir, infrastruktur jalan penghubung, diprioritaskannya tenaga kerja lokal, adanya manajemen lalulintas yang jelas saat tahap konstruksi, pengelola proyek harus jelas operatornya, jaminan saat LRT beroperasi tidak menimbulkan kebisingan, bila ada keretakan konstuksi bangunan warga harus ada yang bertanggung jawab dan bila ada permasalahan lahan dengan warga harus diselesaikan dengan baik.
Usulan dari masyarakat itu sendiri dimasukkan dalam berita acara rapat yang ditandatangani oleh perwakilan Pemkot Jakarta Timur, PT Adhi Karya dan masyarakat.
Pihak Adhi Karya sendiri memastikan, untuk pembangunan jalur LRT tidak ada yang mengenai lahan milik warga. Mulai dari Cibubur, jalur LRT akan dibangun di tepi jalan tol Jagorawi. “Kecuali untuk bangunan pendukung seperti pembuatan stasiun akan sedikit melakukan pembebasan lahan,” katanya.
Menurut Hero, untuk tahap I yaitu Cibubur-Dukuh Atas diharapkan dalam waktu dekat ini akan dimulai pembangunannya. Diharapkan proyek ini akan selesai tahun 2018.
“Minggu depan kami akan adakan sosialisasikan masalah AMDAL ini di Jakarta Selatan yang juga terkena lintasan proyek LRT tahap I Cibubur-Dukuh Atas,” tukasnya. (Rodin Daulat/Kominfomas JT)