Atlet Nasional Puspa Arumsari Berharap Pencak Silat Tembus Olimpiade dan Tetap Lestari

Jakarta Timur, (16/12/2023) – Atlet pencak silat nasional, Puspa Arumsari, peraih medali emas Asian Games 2018 dan SEA Games 2023 hadir bersama Eriel Syah Bayan hadir dalam peringatan empat tahun tradisi pencak silat sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh organisasi internasional PBB yang membidangi bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO), Sabtu (16/12/2023). Acara yang dihadiri hampir 500 penonton digelar di Gedung PPSB Kisam Bin Dji'un, Kelurahan Pondok Kelapa, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur.

Hadir juga dalam kegiatan itu, Kepala Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Timur Berkah Shadaya, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia Untuk UNESCO Itje Chodidjah, dan Bapak Pencak Silat Dunia Eddie M. Nalapraya yang hadir secara daring.

Dalam peringatan itu, Arumsari memiliki harapan besar dengan olahraga yang ditekuninya. Ia berharap setelah Asian Games, pencak silat juga bisa dipertandingkan di ajang tertinggi pesta olahraga dunia, Olimpiade.

“Harapan saya di acara peringatan keempat pengakuan UNESCO, pencak silat sebagai warisan tak benda, pastinya untuk Pencak silat sendiri tembus ke Olimpiade,” kata Arumsari kepada tim Sudin Kominfotik Jakarta Timur.

Di sisi lain, Arumsari juga berharap peringatan sebagai titik balik bagi semua pihak untuk mengembangkan dan memajukan dunia pencak silat. Salah satu budaya luhur bangsa Indonesia yang sudah turun temurun.

“Kita sama-sama bercita-cita mengembangkan dan sekaligus memajukan pencak silat. Menyadari bahwa ini adalah budaya Indonesia dan kita wajib untuk melestarikan budaya. Kalau bukan kita siapa lagi,” ungkapnya.

Hal senada diungkapkan Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia Untuk UNESCO, Itje Chodidjah. Ia menyambut baik adanya kegiatan tersebut yang dapat membantu pencak silat lebih dikenali oleh kaum muda.

 “Untuk mengenalkan kembali, mengemas kembali pencak silat ke dalam forum-forum kekinian yang bisa dinikmati anak muda dan kemudian mereka ikut beramai-ramai mengikutinya. Kalau masyarakat dunia saja sudah mengakui, kenapa kita tidak,” ujarnya.

Itje menjelaskan, kegiatan seperti ini juga penting untuk meyakinkan UNESCO pengakuan terhadap budaya pencak silat Indonesia terus berjalan. Karena itu, ia menilai paling penting bagaimana melestarikan pencak silat di Indonesia.   

“Pada seluruh pergurauan pencak silat di Indonesia, khususnya di Jakarta atau di Jakarta Timur, kuatkanlah penyebaran virus-virus baik tentang pencak silat sebagai nilai budaya bangsa. Utamanya mempertahankan persatuan dan kesatuan melalui budaya, dan saat ini dengan teknologi masif, pencak silat bisa menjadi warna bagi anak-anak muda,” tandasnya.

Peringatan empat tahun diwarnai dengan berbagai aksi para pesilat. Mulai dari aksi tradisional palang pintu Betawi, pengenalan golok meteor, dan aksi-aksi dari para pesilat berbagai perguruan dan persaudaraan, serta aksi para pesilat disabilitas yang turut menghadirkan seni bela diri pencak silat. (DA)