Memasuki musim penghujan, masyarakat diminta untuk mewaspadai penyakit demam berdarah dengue (DBD). Untuk mengantisipasi penyebaran nyamuk penyebab penyakit DBD, masyarakat diharapkan untuk aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan tempat tinggal masing-masing.
"Hujan juga membuat kondisi lingkungan menjadi lebih lembab sehingga cocok untuk nyamuk berkembang biak," kata Kasudin Kesehatan Jakarta Timur Yuditha Endah Prihmaningtyas.
Curah hujan yang tinggi menurutnya, menimbulkan genangan-genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk penyebab DBD. Untuk itu masyarakat harus aktif melakukan aksi PSN dengan membersihkan tempat-tempat yang dapat menjadi berkembang biaknya nyamuk.
Gerakan PSN dan pemeriksaan sarang nyamuk penyebab DBD oleh para Juru Pemantau Jentik (Jumantik) sejauh ini dinilai telah berjalan efektif. Selain itu, pihak Sudin Kesehatan Jakarta Timur juga gencar melakukan fogging (pengasapan), di wilayah-wilayah rawan penyakit DBD.
Yudhita mengatakan, upaya yang dilakukan tersebut telah mampu menekan kasus penyakit DBD hingga 30 persen dibandingkan dibandingkan tahun 2013 lalu. Berdasarkan data dari Sudin Kesehatan Jakarta Timur, periode Januari-Oktober 2014, ada 2.034 kasus DBD, dua diantaranya meninggal dunia. Dua pasien DBD yang meninggal itu berdomisili di Kecamatan Cipayung dan Pasar Rebo. Sementara tahun lalu tercatat ada 6.190 kasus DBD, lima diantaranya meninggal dunia.
"Ada kecenderungan penderita DBD di Jakarta Timur turun hingga 30 persen. Hal ini karena gencarnya fogging serta kegiatan jumantik. Selain itu kesadaran warga atas penyakit ini juga makin meningkat," kata Yudhita.
Menurutnya, masyarakat juga perlu mengetahui gejala penyakit DBD. Hal ini agar korban dapat cepat tertangani dengan baik. Gejala penyakit DBD yang perlu diwaspadai adalah demam tinggi, sakit kepala, dan nyeri otot.
“DBD adalah penyakit lingkungan. Kalau lingkungannya bersih, nyamuk tidak ada tempat berkembang biak. Sehingga masyarakat aman dari DBD," tukasnya. (Puji/Kominfomas JT)