Cuaca Ekstrem, Walikota Jaktim Perintahkan Siaga Banjir Dan Pohon Tumbang

Cuaca ekstrem, berupa hujan deras disertai angin kencang yang mengguyur kota Jakarta, Jumat malam (20/3), tak ayal menyebabkan banjir di beberapa tempat. Walikota Jakarta Timur Bambang Musyawardana pun meminta jajarannya untuk siaga dan segera membantu warga yang kebanjiran.

Walikota pun berharap, seluruh jajaran terkait di Pemkot Jakarta Timur, Camat dan Lurah untuk mengantisipasi cuaca ekstrem dan pohon tumbang. "Seluruh unit kerja saya minta mengaktifkan posko siaga serta  untuk camat dan Lurah agar memantau wilayah rawan genangan," kata Bambang dalam pesan singkatnya.

Camat dan Lurah, bersama pihakt Sudin Tata Air Jakarta Timur juga diminta untuk cek langsung  kondisi tanggul dan mesin pompa air di wilayah tugas masing-masing. Hal ini untuk mencegah tanggul jebol dan mesin pompa rusak bila terjadi banjir besar.

"Jangan lengah. Walaupun musim hujan sudah mau berakhir, namun di musim peralihan seperti sekarang ini, cuaca sulit diprediksi," kata Walikota.

Petugas Damkar dan Satpol PP juga diminta untuk siaga membantu korban banjir. Mereka harus cepat melakukan evakuasi warga yang kebanjiran.

"Untuk jajaran Sudin Kesehatan dan Sudin Sosial harus siap melakukan pemenuhan kebutuhan kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya bagi para korban banjir," pesan Walikota.

Terkait pohon tumbang, Walikota juga meminta jajaran Sudin Pertamanan untuk cepat melakukan evakuasi bila ada pohon yang tumbang. "Petugas harus disiagakan, karena hujan yang disertai angin kencang kerap mengakibatkan pohon tumbang. Ini yang harus diantisipasi," ujarnya.

Sementara itu untuk ketinggian air di beberapa pintu air, Sabtu (21/3), hingga pukul 18.00, sudah turun masuk siaga IV. Ketinggian air di pintu air Katulampa 30 cm, Depok (125 cm), Manggarai (690 cm) Karet (470 cm), Krukut Hulu (120 cm) Pesanggrahan (90 cm), Angke Hulu (140 cm), Cipinang Hulu (100 cm), Sunter Hulu (70 cm), Pulogadung (395 cm), Waduk Pluit (180 cm) dan Pasar Ikan (164 cm).

Hujan deras yang menguyur kota Jakarta, Jumat malam (20/3), mengakibatkan warga yang tinggal di sepanjang bantaran Kali Ciliwung, RW 02 dan RW 03, Kampung Pulo, Kelurahan Kampung Melayu kebanjiran.  Ketinggian air mencapai 20-150 cm, menggenangi ratusan rumah di kawasan tersebut.

Walaupun tercatat ada 1.508 KK atau 3.427 jiwa yang rumahnya kebanjiran, tidak ada warga yang mengungsi. Mereka bertahan di tempat tinggal masing-masing, menunggu air surut.

Hal berbeda terjadi di Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar. Akibat luapan Kali Sunter, tercatat ratusan warga RW 03 dan RW 04 terpaksa mengungsi.

Untuk di RW 03, ada  511 jiwa yang mengungsi di tiga lokasi. Sementara di RW 04 ada 251 orang yang harus mengungsi di Masjid Raya Universitas Borobudur.

Hingga Sabtu sore (21/3), pukul 18.00, ketinggian air yang sebelumnya mencapai 150 cm, sudah turun menjadi 70 cm. Warga sendiri masih memilih menetap di lokasi pengungsian.

"Bantuan makanan untuk korban banjir sudah dikirim ke lokasi pengungsian. PMI Jakarta Timur mengirim makanan berupa nasi boks untuk korban banjir pukul 4 sore," kata Nurjanah, Kasudin Kominfomas Jakarta Timur, saat dihubungi.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Jakarta Timur Iwan P. Samosir mengatakan, hingga Sabtu malam, pukul 22.30, ketinggian air di RW 03 dan RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu terus menyusut. "Ketinggian sampai Sabtu malam antara 20-50 cm. Untuk pengungsi lebih kurang ada 100 KK yang masih bertahan di Masjid Universitas Borobudur," ujarnya.

Secara umum, hanya 4 RW di Jakarta Timur yang masih kebanjiran yaitu RW 02 dan 03 Kelurahan Kampung Melayu dan RW 03 dan 04 Kelurahan Cipinang Melayu. "Air terus menyusut, secara umum situasi terkendali," kata Iwan, saat dihubungi. (Rodin Daulat/Kominfomas JT)