Dahulu Rawa Bunga bernama RawaBangke. Karena Rawa Bangke itu sudah dinamakan demikian sejak zaman Belanda. Dulu di depan Stasiun Jatinegara masih banyak terdapat rawa-rawa dan hutan-hutan. Masa itu (bahkan hingga tahun 1970-an). Menurut cerita, pada zaman dahulu di daerah Jatinegara ke utara merupakan daerah rawa yang sangat luas. Di antara sekian banyak rawa itu terdapat satu daerah yang tidak aman. Hal ini disebabkan karena seringnya terjadi pembunuhan di daerah tersebut. Oleh karena banyaknya pembunuhan, maka bangkai-bangkai manusia akhirnya tidak sempat lagi dibuang jauh-jauh, tetapi diletakkan begitu saja di dalam rawa-rawa. Karena itu tidak mengherankan kalau di daerah itu akhirnya banyak terdapat bangkai. Lama-kelamaan karena penduduk semakin banyak, daerah rawa itu pun dijadikan daerah perkampungan untuk dihuni manusia. Oleh karena pada awalnya daerah itu sebagai timbunan bangkai manusia, kemudian dinamakan daerah Rawa Bangkai, namun orang Betawi di Jakarta menyebutnya Rawa Bangke, sesuai dengan logat Betawi. Selain itu, ada juga satu cerita rakyat yang mengisahkan tentang awal mula daerah Rawa Bangke, berjudul Si Hamsyah.
Nama "Rawa Bangke" diganti karena orang-orang yang tinggal di lingkungan tersebut merasa malu jika ditanya lingkungan tempat tinggal mereka. Lalu diubah menjadi RawaBening, akan tetapi dikarenakan identik dengan hiburan malam maka diganti menjadi Rawa Bunga.