S e t u
Dalam Bahasa Sunda dan Betawi, setu adalah situ dalam
Bahasa Indonesia, yang artinya telaga atau danau. Dua
kata ini terkadang digunakan secara bergantian. misalnya Setu
Babakan, kadang disebut Situ Babakan. Banyak
tempat di sekeliling Jakarta yang masih menyimpan pengaruh
Sunda, atau dengan masyarakat penutur Bahasa Sunda dan
Betawi, kata setu atau situ digunakan untuk menyebut situs
jebakan air alami.
Di Kelurahan Setu, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur,
terdapat setu atau situ. Sampai tahun 2017, setu atau situ di
Kelurahan Setu disebut Danau Setu1. Kini, ekosistem lahan basah
itu resmi bernama Waduk Setu Cipayung. Nama yang
mengandung kata tumpang tindih. Waduk adalah buatan
manusia dan setu tercipta secara alami.
Setu dalam Peta Belanda
Dalam Topographische Kaart der Residentie Batavia 1866,
Setoe – tertulis dengan ejaan lama – adalah pemukiman kecil
dengan tiga kelompok rumah yang dikelilingi alang-alang. Setoe
berbatasan dengan Bantar Djatie di timur dan Bamboe Apus di
barat. Peta tidak menginformasikan adanya lahan basah berupa
rawa atau situ di sekitar Setoe2.
Peta Batavia en Omstreken 1925 memperlihatkan Setoe
berkembang, dengan wilayah sekeliling berubah menjadi
persawahan dan permukiman penduduk dipenuhi pohon kelapa.
Tidak ada indikasi lahan basah berupa situ3. Gambaran lebih jelas
diperlihatkan Garnizoenskaart Batavia en Omstreken yang dirilis
1934. Permukiman penduduk tak berubah, dan Setoe adalah
permukiman di dalam tanah parikelir Tanjung Oost4.
Setoe, kini menjadi Kelurahan Situ, dalam Batavia en Omstreken 1925.
(Sumber: colonialarchitecture.eu)
Ada informasi sulit terkonfirmasi mengenai Kelurahan Setu.
Situs p2k.stekom.ac.id menulis Setu pernah punya pabrik gula,
namanya PG Kalijereng, bangunan eks Markas Tentara Hindia-
Belanda, dan Stasiun Kereta Api (KA) Setu5. Pabrik gula dibangun
tahun 1913 dan bertahan sampai periode dekolonisasi.
Disebutkan, Kelurahan Setu pernah dilalui jalur kereta
Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), dengan
halte kecil yang masih tersisa sampai 2003 dan dibongkar untuk
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta seksi Hankam-Cikunir. Informasi
lain dalam artikel itu menyebut tentang rel Decauville (baca:
dekovil) milik PG Kalijereng5.
Peta Belanda sebelum dan setelah abad ke-20 sama sekali
tidak memberi informasi adanya pabrik gula di Setoe. Bisanya,
informasi dalam peta berupa SF, atau suikerfabriek, untuk
menyebut pabrik gula. Jaringan rel kereta api juga tertera dalam
peta Hindia-Belanda abad ke-20. Peta jaringan kereta NIS yang
bisa diperoleh secara hanya berisi layanan kota-kota besar.
Satu hal yang bisa menuntun kita pada pembuktian adanya
pabrik gula adalah jaringan kereta Decauville. Ensikopedia Bebas
Wikipedia menyebutkan Dacauville adalah sistem transportasi
kereta api kecil dan ringan dengan rel portable, alias bisa
dipasang dan bongkar dengan mudah6.
Kereta biasanya digunakan untuk mengangkut tebu dari
perkebunan ke pabrik, serta membawa hasil produksi ke stasiun
kereta api yang dioperasikan perusahaan-perusahaan besar.
Sistem kereta Decauville juga digunakan untuk menyuplai
logistik militer, mengangkut tentara, penumpang sipil yang ingin
melanjutkan perjalanan ke kota-kota besar dari stasiun terdekat.
Sebagai kereta api penumpang, sistem kereta Decauville
adalah feeder, mengangkut pekerja atau pegawai pabrik gula
yang akan melakukan perjalanan ke kota-kota lain. Kereta
Decauville digunakan di banyak negara Amerika Latin, salah
satunya Argentina, sampai 1913. Di Pulau Jawa, kereta serupa
juga digunakna pabrik-pabrik gula.
Diperlukan penelusuran lebih jauh untuk memastikan Setoe
atau Setu pernah menjadi pemain penting dalam industri gula
Ommelanden sampai abad ke-20. Jika keberadaan PG Kalijereng
bisa dikonfirmasi, Setu adalah saksi bisu transformasi industri
gula dari tradisional ke modern.
Yang juga sulit dikonfirmasi adalah soal bangunan eks
Tentara Hindia-Belanda. Tidak ada penjelasan apakah bangunan
itu milik Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL), atau
bangunan tentara Belanda era dekolonisasi. Penelitian untuk
yang satu ini menjadi amat penting untuk memastikan Setu
memiliki tempat khusus dalam sejarah negeri ini.
Setu dan Waduk
Kelurahan Setu kini punya identitasnya, yaitu Waduk Setu
Cipayung, yang berlokasi di Jl Setu Raya RT 006/RW 05. Atas
inisiasi Yayasan Oplet Robet, bekerjasama dengan Pemprov DKI
Jakarta, Pemkot Jakarta Timur menyulap waduk sebagai
Kawasan Ekowisata7.
Waduk dibangun dengan lebih dulu mengeruk lumpur dan
menata sekujur tepi. Sebab, selain akan menjadi kawasan
ekowisata, waduk juga berfungsi mengatasi banjir akibat luapan
Sungai Sunter. Setelah itu sekujur kawasan waduk ditanami
pepohonan untuk memberi kesan rimbun. Bagian utama waduk
dibangun dengan sentuhan budaya Betawi.
Ada rumah kebaya Betawi di tengah waduk, dengan semua
ornamennya, terutama ondel-ondel. Ada jogging track sepanjang
300 meter, yang memungkinkan warga berolahraga pagi. Di
sudut-sudut tertentu, Pemkot Jakarta Timur menata lokasi untuk
UMKM yang menjajakan kuliner.
Catatan Kaki
1. Dalam berita; Kecamatan Cipayung Dorong Danau Setu Menjadi
Parisiwata Unggulan (Wartakota, 10 Maret 2017), Camat Cipayung Iin
Mutmainah mengatakan; "Kita punya banyak potensi wisata yang
memang belum tergarap. Salah satunya Danau Setu......."
2. https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/kaartencollectie/NLHaNA_
4.MIKO_B2.2.6?searchKey=740171293c4a8918bf9eec1b0cb0bbb0
3. Batavia en Omstreken, Reproductiebedrijt Topografische dienst,
Weltevreden 1925
4. https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/6f/Garnizoens-
Kaart_Batavia_en_omstreken_-_btv1b53121546p.jpg
5. https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Setu,_Cipayung,_Jakarta_Timur
6. https://en.wikipedia.org/wiki/Decauville
7. https://www.atmago.com/berita-warga/wisata-air-waduk-setu-
cipayung-jakarta-timur-bagian-1_d873e9b8-27d0-4772-ae0e-
d6fcd148e49c