Kampung Tengah
Peta Hindia-Belanda sebelum paruh kedua abad ke-19 hanya menyebut satu kampung di bidang tanah, Tjiondet, yaitu tenaga, atau Tengah, atau kampung Tengah1. Tidak ada Batoeampar dan Balekambang yang ada di hamparan kebun kelapa, hutan kayu atau bosch, dan persawahan.
Tenga, demikian di peta itu tertulis, terletak di Tengah persawahan dengan blok rumah-rumah penduduk terpencar sedemikian rupa. Saat itu, Tjiondet masih menjadi bagian tanah partikelir Tanjong Oost. DI sekelilingnya, di tanah partikelir lain Kampoeng Makasar, Ramboetan dan djembatan kapok, relatif telah berkembang.
Lebih jauh melihat kebelakang, seperti dituturkan Akhir Matua Harahap, tenga ditenggarai sebagai kampung yang dibuka Pangeran purabaya, kelaurga Kesultanan Banten yang menyerah kepada VOC setelah Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap pada Maret 16832.. Pangeran Purbaya anti-VOC, tapi tak tahan menderita di pelarian dan memutuskan menyerah. Ia diberi sebidang tanah yang kini Bernama Condet3.
Tidak diketahui kapan Pangeran Purbaya menyerah dan diberi hadiah. Sumber Sejarah VOC lainnya menyebut dalam resolusi 8 Maret 1668 VOC memberikan sondet (tjiondet) kepada mardijker, warga bebas Batavia, Dioge de Merendo4. Bukan tidak mungkin VOC menarik resolusi itu, membiarkan condet tanpa pemilik, sampai akhirnya diberikan kepada Pangeran Purabaya. Hanya menetap beberapa tahun bersama Raden Ayu Gesik Kusuma, istrinya yang kelahiran kartasura, Pangeran Purbaya Kembali memberontak. Kali kesekian perlawanannya kandas dan dia memutuskan menyerah kepada kapten Ruys di Benteng Tanjungpura.
Sebelum menjalani pembuangan ke Nagapatnam, kota di negara Tamil Nadu, India, Pangeran Purbaya menulis surat Wasiat; menghibahkan beberapa rumah dan sejumlah kerbau di Condet, kepada anak-anak dan istrinya yang dibiarkan bebas. Raden Ayu Gesik Kusuma dikabarkan Kembali ke tanah kelahirannya di kartasura dengan diantar Untung Surapati.
Letak Kampung Tengah
Akhir Matua Haruhap menulis Pangeran Purbaya mendirikan perkampungan di dekat Fort Tanjoeng. T Koninkryk Jakarta, peta yang dibuat Francois Valentyn, mencantumkan Groote Tanjong, dengan nama parbaya berada di dekatnya5. Groote Tanjong yang dimaksud pastilah Benteng Tandjoeng, karena terdapat gambar benteng. Namun tidak ada kata ‘tenga’ di sekitarnya.
Tenga, atau Kampung Tengah, bukan satu-satunya permukiman yang muncul di sekitar Condet sebelum akhir abad ke-17. VOC saat itu telah memukimkan orang-orang Jawa yang berjasa dalam beberapa ekspedisi di sebidang tanah yang diberi nama Kampung Jawa. Kampung itu terletak di sebelah barat Tengah.
Di sebelah timur Tengah, terdapat Kampung Makassar. Di tempat ini, di penghujung abad ke-17, VOC memukimkan orang-orang Makasar setelah ekspedisi militer. Satu kampung lagi, Bernama makasar, kemudian muncul di sebelah utara tenga.
Tidak ada informasi apakah Pangeran Purbaya memberi nama kampung tenga. Valentyn hanya menuliskan kata sangan di dekat Groote Tanjong, yang tidak diketahui artinya. Kata ‘Tengah’, untuk kampung Tengah di atas land Tjondet of Landdust, menjadi teka teki.
Menurut kepala Seksi Perlindungan Sudin Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Timur, Tengah atau kampung Tengah, Kelurahan Tengah, memang berada di Tengah, alias dikelilngi kampung-kampung sekitar Condet. Tengah berbatasan dengan Batu Ampar barat dan utara, Kelurahan Gedong di Selatan, Kelurahan Kramat Jati di timur laut, dan Rambutan di timur.
Tengah itu letaknya memang di Tengah, jadi tidak ada yang bisa memastikan mengapa tenga, Tengah, Kampung Tengah, dan kini menjadi Kelurahan Tengah, mendapatkan nama itu. Belum ada penjelasan dari toponimi tentang kampung ini.