Makanan Jajanan di Sekolah Dasar (SD) dianggap memiliki potensi yang rentan terindikasi bahan berbahaya. Oleh sebab itu, peran serta pemerintah, orang tua dan sekolah perlu ditingkatkan demi meningkatkan mutu makanan jajanan anak.
Maka untuk menekan peredaran bahan berbahaya di makanan jajanan yang ada di sekolah-sekolah, Pemerintah Kota (Pemkot) Administrasi Jakarta Timur bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), melakukan sidak ke SDN Cibubur 04 Pagi dan 06 Petang serta SDN Cibubur 03 Pagi dan 07 Petang, Kamis (10/3).
Walikota Jakarta Timur Bambang Musyawardana mengatakan, petugas mengambil sampel makanan jajanan yang dijual di kantin sekolah seperti cilok, otak -otak, lontong, sate sosis, mie dan makaroni. Makanan tersebut diperiksa di laboratorium mobil milik BPOM, dengan hasil dari 23 sampel makanan ada dua makanan yang positif mengandung boraks.
"Sebanyak 23 sample yang ada, kita menemukan 2 makanan yang positif mengandung borak, itu tadi di makanan pisang coklat dan martabak tahu," kata Walikota.
Bambang menambahkan, untuk meningkatkan kualitas mutu jajanan pada anak, pihaknya meminta kepada seluruh guru dan kepala sekolah untuk terus mengawasi pedagang dilingkungan sekolah.
Selain itu, Kepala BPOM, Dewi Prawitasari mengatakan, pihaknya telah melakukan kegiatan rutin, yang memfokuskan terhadap lingkungan SD, guna mengenal makanan jajanan. "Kegiatan ini rutin, seminggu bisa dua kali. Fokusnya pada SD dulu karena SD awal anak-anak mengenal makanan jajanan, dan kita ambil sample untuk kita tes apakah ada bahan berbahayanya," tandasnya. (Ajid/Kominfomas JT)