Jakarta Timur, (24/10/2023) - Walikota Administrasi Jakarta Timur, M. Anwar, menghadiri panen tomat hasil urban farming di RW 09 Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa (24/10/2023). Lahan urban farming seluas 1,7 hektare tersebut merupakan Corporate Social Responbility (CSR) PT. Tunggal Sila Pharma.
Walikota menjelaskan, urban farming sangatlah bermanfaat untuk mengurangi polusi dan ketahanan pangan bagi warga. Karena itu, ia mengajak perusahaan-perusahaan dan warga ikut melakukan urban farming.
“Tentu ini sangat baik sekali, diharapkan semua perusahaan Jakarta Timur yang masih memiliki lahan agar berbuat seperti ini (urban farming). Pertama sesuai arahan Pj. Gubernur, untuk menekan polusi udara, kedua ketahanan pangan. Ketika cabai, tomat, bawang mahal warga bisa memulai membuat ketahanan pangan dengan membuat urban farming,” katanya.
Dalam kegiatan tersebut, Walikota bersama jajaran panen buah tomat seberat 5 kilogram. Hasil panen dibagikan ke warga setempat dan pengelola urban farming tersebut. “Tadi saya sempat panen tomat dan lainnya,” tuturnya.
Sementara itu, Lurah Kayu Putih, Tuti Sugihastuti, menyampaikan terbentuknya lahan urban farming tersebut berdasarkan arahan Pj. Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono untuk memanfaatkan lahan tidur menjadi lahan yang bermanfaat, terutama untuk mengurangi polusi udara dan ketahan pangan masyarakat. Dalam hal ini, pihak Kelurahan Kayu Putih menggandeng PT. Tunggal Sila Pharma yang menyediakan lahannya untuk urban farming.
“Kami ini menindaklanjuti instruksi Gubernur, bahwa masing-masing wilayah diwajibkan untuk memiliki lokasi urban farming. Kebetulan di Kelurahan Kayu Putih ini ada lahan seluas 1,7 hektare milik PT. Tunggal Sila, kemudian mereka menciptakan kebun di tengah kota,” jelas Tuti.
Urban farming tersebut tak hanya untuk membantu ketahanan pangan dengan tanaman produktif seperti padi, cabai, tomat, sayur-sayuran dan buah-buahan, tapi juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat meminimalisir banjir.
“Jadi kita memanfaatkan lahan tujuannya itu satu, karena di sini titik genangan sehingga air bisa diserap paling tidak meminimalisir genangan, sekaligus meningkatkan ketahanan pangan,” pungkasnya. (AD)