Sebanyak 265 pelajar SMA/SMK di Jakarta Timur mengikuti Seminar Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa Pada Remaja Usia Sekolah, di Ruang Serba Guna Blok C Kantor Walikota Jakarta Timur, Selasa (8/11). Kegiatan yang dibuka Sekretaris Kota (Sekko) Jakarta Timur Jayadi ini, diadakan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan.
Hadir pada kesempatan ini Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Ditjen P2P Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Lina R Mangaweang, Kepala Bagian Kesejahteraan Sosial Jakarta Timur Yeni Asnita dan Kepala Sudin Pendidikan Wilayah I Kota Administrasi Jakarta Timur Sudirman. Hadir sebagai narasumber, unsur Rumah Sakit dan LSM Inti The Light Jusni Solichin dan Benny Prawira.
Sekko pada kesempatan ini memberikan apresiasi dengan diadaknnya kegiatan Psikoedukasi mengenai masalah kesehatan jiwa bagi remaja usia sekolah melalui pelayanan kesehatan jiwa bergerak atau Mobile Mental Healt Services (MMHS) di Kota Administrasi Jakarta Timur.
“Ini sangat positif sekali, sebagai salah satu sarana komunikasi dengan memberikan informasi dan edukasi dalam pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa pada remaja usia sekolah,” ujarnya.
Kegiatan ini juga untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan jiwa, deteksi dini dan temuan kasus disekolah. “Seminar ini juga akan meningkatkan pemahaman remaja usia sekolah tentang kesehatan jiwa dan mampu mencari pelayanan kesehatan yang dibutuhkan,” kata Sekko dalam sambutannya.
Menurutnya, masa remaja merupakan masa transformasi dari masa anak-anak ke masa dewasa, dimana banyak perubahan yang terjadi secara fisik maupun kejiwaan. ”Pesatnya perkembangan teknologi, informasi dan telekomunikasi dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi anak dan remaja yang secara mental masih labil,” paparnya.
Sekko berharap, keluarga dan masyarakat sekolah juga dapat mengenali masalah-masalah kesehatan jiwa dan penyalahgunaan napza sejak dini. ”Kepada Bapak dan Ibu Guru para siswa dan instansi pendukung lain untuk terus berupaya mendukung program deteksi dini masalah kesehatan jiwa,” pesannya.
Sementara itu Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Ditjen P2P Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Lina R Mangaweang mengatakan, instrumen yang digunakan MMHS yakni Stength and difficulty Questionnaire (SDQ). “Dengan ini adanya lima komponen dalam menguji kekuatan dan kesulitan pada anak yakni problem prilakunya, problem emosinya, prilaku sosialnya, relasi kelompok bermain serta hiperaktif inatensinya serta digunakan instrument CDI (Childern’s Depression Inventory) sebuah instrument penilaian diri,” jelasnya.
Lina menambahkan, deteksi dini (Skrining) selain pada masalah kesehatan jiwa juga dilakukan skrining tes narkoba melalui pemeriksaan urin siswa/siswi. “Diharapkan melalui kegiatan MMHS ini, kesehatan jiwa dapat terpelihara dan dapat mencegah masalah kesehatan jiwa di hulunya,” ujarnya.
Kepala Bagian Kesejahteraan Sosial Yeni Asnita Jakarta Timur mengatakan, seminar ini sebagai bentuk upaya Pemerintah dalam mencegah dan memberikan edukasi mental bagi para siswa dari gangguan jiwa serta bahaya Napza. “Program ini sangat menarik, selain pencegahan juga para siswa mendapatkan edukasi mengenai pencegahan gangguan mental melalui program MMHS. Nah dengan ini kedepan akan di agendakan di tiap Kelurahan dan RPTRA di Jakarta Timur dengan tujuan menekan kasus bunuh diri pada kelompok anak dan remaja di wilayah DKI dapat ditekan semaksimal mungkin,” pungkasnya. (Ajid/Kominfomas JT)