Pemerintah Kota Administrasi Terus berupaya untuk mengurangi genangan dan banjir di wilayah Jakarta Timur. Dalam hal ini sebanyak 10 Kelurahan di seluruh wilayah Jakarta Timur menjadi percontohan pembuatan vertical drainase atau sumur resapan di wilayah langgananan banjir.
Hal itu dibahas oleh Wali Kota Administrasi Jakarta Timur M. Anwar di Ruang Pola Lantai II Blok A Kantor Walikota Jakarta Timur, Selasa (1/9/2020).
Adapun 10 Kelurahan yang menjadi percontohan pembuatan sumur resapan di wilayah Jakarta Timur yaitu Kelurahan Utan Kayu Utara, Kelurahan Cipinang Cimpedak, Kelurahan Kayu Putih, Kelurahan Penggilingan, Kelurahan Klender, Kelurahan Gedong, Kelurahan Kramat Jati, Kelurahan Bambu Apus, Kelurahan Kebon Pala dan Kelurahan Kelapa Dua Wetan
Pembuatan sumur resapan oleh Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur menghadirkan ahli dari Masyarakat Pecinta Air Indonesia.
“Diharapakan dengan program ini dapat mengurangi genangan dan banjir di wilayah Jakarta Timur,” ujar Wali Kota saat ditemui usai rapat oleh tim Sudin Kominfotik Jakarta Timur.
Ia menjelaskan, nantinya di wilayah Jakarta Timur akan dibuat minimal 900.000 sumur resapan agar tidak ada genangan atau banjir di Jakarta Timur.
“Kami akan fokuskan di wilayah Jakarta Timur bagian Selatan yaitu Cipayung, Ciracas, Kramat Jati dan Pasar Rebo karena mereka berada di hulu jadi kita akan tampung air agar air tidak banyak mengalir ke hilir,” katanya.
Wali Kota berharap, dengan pembuatan sumur resapan di wilayah Jakarta Timur bagian Selatan dapat menampung air hujan dan mengalirkan langsung ke hilir. Ia pun menginginkan agar gedung-gedung perkantoran dan sekolah di Jakarta Timur membuat sumur resapan juga.
“Perlu adanya komitmen dan dukungan masyarakat, maka genangan dan bajir di Jakarta akan berkurang dengan gerakan menabung air di wilayah Jakarta Timur,” katanya.
Sementara itu, Sarwo Handayani selaku Ketua Masyarakat Pecinta Air Indonesia, menyebutkan, sumur resapan yang saat ini ada di beberapa tempat. Menurutnya, sumur resapan selain menjadi pengendali banjir, juga bisa menjadi konservasi atau menabung air tanah kembali untuk menjaga keseimbangan alam.
“Diharapkan juga bagi pengelola perkantoran gedung tinggi yang sudah memanfaatkan air tanah, harus membuat sumu resapan dan mengisi dengan air tanah yang terpakai, dan ini sudah ada Pergub yang mengatur,” kata Sarwo.
Selain itu, Fatchy Muhammad sebagai Pakar Pemerhati Masyarakat Air Indonesia, menjelaskan, perlu ada dukungan serta komitmen masyarakat menengah ke atas dalam ikut berpartisipasi menabung air. Menurutnya, jika ada air hujan yang turun harus bisa menampung air di tanah, jadi tidak boleh ada genangan serta hanya mengalir di saluran selokan.
"Intinya partisipasi masyarakat dalam mendukung kegiatan ini sangat diperlukan," tambah Fatchy. (JS)