Tim Jejaring Keamanan Pangan Jakarta Timur menemukan lebih dari 20 persen takjil yang dijual di sekitar Pasar Rawamangun, Pulogadung, mengandung bahan berbahaya. Temuan ini jadi yang tertinggi dibandingkan dengan sidak yang dilakukan di pasar-pasar lainnya di ibukota Jakarta.
“Temuan Tim Jejaring Keamanan Pangan ini akan ditindaklanjuti, sehingga diharapkan ke depan makanan yang dijual di pasar-pasar sehat dan aman untuk dikonsumsi,” kata Wakil Walikota Jakarta Timur Husein Murad, saat memimpin sidak di Pasar Rawamangun, Selasa sore (7/7).
Dalam sidak yang dimulai pukul 16.00 atau menjelang waktu berbuka puasa tersebut, Wakil Walikota datang bersama tim untuk memeriksa jajanan takjil yang menjamur di sekitar Pasar Rawamangun selama bulan Ramadhan. Sementara pagi hingga siang harinya, hal yang sama juga dilakukan dengan memeriksa bahan makanan yang dijual di dalam pasar.
Petugas dalam kegiatan ini mengambil sample makanan dari para pedagang dan langsung memeriksa di laboratorium mobile. “Ditemukan 8 jenis makanan mengandung zat berbahaya dari 39 sampling, diantaranya pacar cina, tahu, dan kerupuk yang mengandung formalin dan rhodamin B,” ujar Husein.
Menurutnya, momen Ramadhan mendorong masyarakat untuk ikut berjualan makanan, baik di pasar maupun pinggir jalan. Namun, banyak pedagang dadakan tersebut yang menghalalkan berbagai cara, dengan menjual makanan tidak layak konsumsi.
“Kami akan telusuri dari mana asal makanan yang mengandung zat berbahaya. Jika diketahui bersalah kita akan larang berjualan lagi,” ujar Wakil Walikota.
Untuk tahap awal, menurut Husein akan diberikan pembinaan terlebih dahulu kepada pedagang. Namun apabila setelah dibina masih menjual makanan tidak layak konsumsi, Pemkot Jakarta Timur tidak akan segan-segan mengambil tindakan tegas.
“Bila membandel akan kita tindak tegas dan bawa keranah hukum,” tegas Wakil Walikota.
Pemkot Jakarta Timur menurut Husein tidak hanya melakukan sidak makanan pada momen tertentu saja, seperti menjelang hari raya seperti saat ini. Namun hal ini dilakukan secara rutin, seperti di pasar, supermarket maupun rumah makan.
Dirinya berharap dengan operasi ini, semua pihak, baik pedagang maupun konsumen akan sadar pentingnya makanan yang sehat. “Untuk pedagang agar tidak menjual makanan yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya konsumen juga harus pilih-pilih jajanan, jangan jajan sembarangan dan belanja pada tempat yang sudah ditetapkan pemerintah kota baik di pasar ataupun swalayan bukan di pinggir jalan raya,” paparnya.
Sementara itu, Dewi Prawitasari Kepala BPOM Provinsi DKI Jakarta mengatakan, tim menemukan fakta cukup tingginya persentase makanan yang mengandung zat berbahaya di Pasar Rawamangun. “Sebanyak 20,5 persen takjil yang dijual di sekitar Pasar Rawamngun mengandung zat berbahaya dan menjadi persentase tertinggi dibanding pasar-pasar di daerah Jakarta,” ujarnya. (Jonatan/Kominfomas JT)