Bambu Apus
Bambu Apus adalah satu kawasan yang merupakan kelurahan di wilayah Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
Kawasan itu berbatasan langsung dengan Kelurahan Lubang Buaya di sebelah utara, Kelurahan Ceger di barat, Kelurahan Setu di timur, dan Kelurahan Cipayung di sebelah selatan.
Bang Doel salah satu seniman Bambu Apus menceritakan salah satu versi sejarah asal muasal nama Bambu Apus. Sebagaimana dipahami bahwa sejarah memang memiliki berbagai versi tergantung siapa yang menyampaikan. Kebenaran terhadap cerita tersebut tergantung bukti-bukti yang ada.
Bang Doel menjelaskan, konon dulu di jalan gerbang sari dalam persis sekarang depan mesjid almuhajirin, sebelah kanan mesjid itu ada kali, terdapat kali besar, airnya bening, membujur dari lingkungan RT.10 RW 01 sampai melewati RT. 09 terus membelah sekarang ini kampus Urindo dan sekolah unggulan. Dahulu kali ini cukup luas, semakin mengecil semenjak dibangun kampus dan sekolah, sehingga wajar kalo musim hujan di depan kampus Urindo sering banjir, karena jalan air semakin mengecil. Kali tersebut terus melewati dan sampai di ujung deket mesjid Al-Muhajirin RW. 03.
Pada saat itu ada penduduk endonan mandi di kali tersebut. Biasa pada zaman itu kalau mandi pakaian ditaruh di galengan, atau pinggir sungai. Ada orang mandi yang menghilang dengan pakaian masih tergeletak di pinggiran kali, setelah sekian lama di cari tidak ketemu. Warga menyusuri kali tersebut, sampai ke muara, namun tidak berhasil ditemukan. Akhirnya warga menyatakan orang tersebut mulus atau hilang. Dan kejadian tersebut menjadi terkenal di area sekitar.
Seiring waktu, kali tempat orang mulus menjadi perbincangan dan kebiasaan warga menyebut mulus menjadi mupus kemudian menjadi apus. Ditambah lagi banyaknya pohon bambu yang tumbuh menjadi ciri khas daerah tersebut sehingga nama Bambu Apus digunakan hingga kini.
Mengenai keberadaan raden Abdul wahab, bang Doel menjelaskan bahwa sampai hari ini makamnya masih ada. Lokasinya persis dibelakang rumah mantan kepala sekolah SD tahun 1976 yaitu bapak almarhum Toncit. Dan, namanya diabadikan sebagai nama jalan Raden Wahab terletak di sebelum belokan mini 2 ke arah kelurahan Bambu Apus
Terdapat versi lain dari sejarah penamaan Bambu Apus, seperti yang dilansir oleh https://jakarta.bisnis.com, yaitu Penulis Zaenuddin HM, menjelaskan dalam buku karyanya 212 Asal Usul Djakarta Tempo Doeloe, setebal 377 halaman yang diterbitkan Ufuk Press pada 2012, bahwa Bambu Apus diambil dari nama jenis pohon bambu.
Konon, di daerah tersebut dulu banyak tumbuh jenis pohon bambu yang dinamai Bambu Apus, dengan ciri-ciri batangnya lurus, tidak berduri, dan daunnya agak besar.
Jadi, karena jenis pohon bambu yang satu itu banyak tumbuh, sehingga orang-orang kemudian menyebut kawasan tersebut sebagai daerah Bambu Apus.
Adapun jenis pohon bambu apus berasal dari dusun Daje Songai, Sumenep Madura, daerah yang merupakan tempat pemakanam para wali.
Dikisahkan bahwa konon pohon itu tumbuh bermula dari tusuk gigi yang ditanam Kakek Setir, salah seorang keturunan Raja Sumenep.
Sebagian masyarakat meyakini pohon bambu yang bisa hidup ratusan tahun punya khasiat sebagai obat untuk berbagai jenis penyakit. Caranya, ranting bambu dicelupkan ke air putih, lalu diminum.
Tetapi, kini di kawasan Bambu Apus tidak ada lagi tanaman pohon bambu jenis itu dan juga tidak ada yang mengkramatkannya lagi. Demikianlah asal usulnya.