Utan Kayu
Sampai 1940, atau sebelum kedatangan Jepang, kita masih bisa melihat identitas wilayah yang kini bernama Kelurahan Utan Kayu Utara dan Utan Kayu Selatan, yaitu hutan kayu di beberapa sudut hamparan sawah. Keterangan di bawah peta Batavia en Omstreken terulis bosch, kata dalam Bahasa Belanda yang artinya ‘hutan’. Keterangan serupa juga terlihat dalam Garnizoenskaart Batavia en Omstreken.
Dalam Topographische Kaart der Residentie Batavia 1866, Salemba oetan – demikian nama pertama Kelurahan Utan Kayu Selatan dalam peta Hindia Belanda – masih berupa tutupan hutan. Pembukaan hamparan hutan menjadi lahan persawahan diperkirakan terjadi sepanjang paruh kedua abad ke-19, atau saat tanah itu dimiliki dan dikelola bersama Keluarga De Paulij dan A.W van Haeften.
Pada dekade kedua abad ke-20, Salemba oetan berubah menjadi Selambaoetankajoe. Batavia Sigai Meisai-Zu mempertegas pemisahan itu, dengan Salemba Oetankajoe berada di selatan dan Oetankajoe di utara. Persawahan membentang di kedua bagian tanah itu dan menyatu, dengan permukiman penduduk dan hutan-hutan kayu yang tersisa di semua sisi.
A.W Haeften terakhir kali tercatat sebagai pemilik Salemba Oetan-kajoe dalam Staat der Particuliere Landerijen 1875. Setelah itu Salemba Oetan-kajoe menghilang dari catatan tanah partikelir, meski tetap tertera dalam peta. Sedangakn Oetan Kajoe bukan tanah partikelir, tapi salah satu kampung di tanah partikelir Tjipinang Vrededal.
Taman Karel Waybrand
Tidak ada yang berubah dari Salemba Oetan-kajoe dan Oetan Kajoe sampai dua dekade pertama abad ke-20. Kalau pun ada yang berbeda mungkin munculnya perkebunan kelapa di perbatasan Salemba Oetan-kajoe dan Meester Cornelis. Tepatnya, jika melihat peta Batavia Sigai Meisazi-Zu, di perbatasan Salemba Oetan-kajoe dan Kebonkajoemanis, wilayah yang kini bernama Kelurahan Kayu Manis.
Tahun 1926, tepatnya 2 Agustus, berdiri Indisch Bronbeek – perumahan untuk veteran tentara Koninklijk Nederlands(ch)- Indisch Leger (KNIL) – di perkebunan kelapa dan diresmikan dengan kehadiran veteran dan pejabat militer. Volksraad memberikan subsidi untuk pembangunan barak veteran itu, setelah sempat terjadi perdebatan mengenai ketiadaan peran pemerintah Hindia-Belanda dalam pembangunan.
Hanya ada satu akses ke Indisch Bronbeek, yaitu Bronbeekweg. Setelah tahun 1950-an, nama jalan itu diubah menjadi Jl Kayu Manis VIII dan masuk Kelurahan Kayu Manis saat ini. Sedangkan Indisch Bronbeek masuk wilayah Salemba Oetan-kajoe, yang saat ini menjadi Kelurahan Utan Kayu Selatan.
Di Indisch Bronbeek terdapat Taman Karel Waybrand. Tidak ada informasi apakah jurnalis yang namanya diabadikan di taman itu hadir dalam peresmian. Waybrand bukan penyumbang, apalagi penyandang dana, pembangunan Indisch Bronbeek. Ia adalah pemimpin redaksi surat kabar Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indië – surat kabar berbahasa Belanda yang terkenal konservatif terhadap emansipasi pribumi.
Waybrands dikenal sebagai wartawan paling berpengaruh dikalangan pemukim Belanda dan pejabat pemerintah Hindia-Belanda. Ia dianggap fenomena jurnalistik Hindia-Belanda saat itu karena gaya menulisnya yang antimainstream. Ia juga menjadi pelopor jurnalistik bersikap, dengan kredo terkenalnya Kleurloosheid is mij een gruwel, yang artinya; Tidak berwarna adalah kekejian bagiku.
Ia mengilustrasikan penderitaan veteran KNIL yang tinggal di Senen, Tanah Nonja, dan di banyak tempat di Batavia saat itu, untuk menggugah pemerintah Belanda dan kalangan berduit agar mengulurkan tangan untuk pembangunan Indisch Bronbeek. Gaya menulis Waybrands, dengan pilihan kata yang menarik, mengoyak kesadaran masyarakat Indisch saat itu.
Untuk semua itu, veteran KNIL menabalkan namanya untuk sebuah taman. Dulu, Taman Karel Waybrands cukup luas. Sore hari, veteran KNIL yang mulai sepuh dan cacat menghabiskan waktu bersantai, berbincang dengan sesama veteran, dan anak-anak mereka. Waybrands tidak menyaksikan semua itu karena dia meninggal dalam kecelakaan mobil tahun 1929.
Setelah Jepang datang, Taman Karel Waybrands menjadi tempat penampungan Romusha atau pribumi yang menjadi pekerja paksa. Sebagian penghuni Indisch Bronbeek dikirim ke kamp interniran. Yang tersisa hanya anak-anak dan para wanita yang hidup menderita.
Taman Karel Waybrands kini menjadi Taman Bronbeek. Luas taman mengecil dan tersisa 1.027 meter, atau 10 persen dari luas aslinya. Gubernur Ali Sadikin menggunakan sebagian lahan Taman Bronbeek untuk Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Belakangan Puskesmas itu mengalami peningkatan status menjadi RSUD Matraman, yang otomatis membutuhkan perluasan.
Meski demikian masih ada yang tersisa dari masa lalu di Utan Kayu, khususnya Kelurahan Utan Kayu Selatan.